Kembalinya Kebaya Klasik

Kebaya kartini by Didiet Maulana (Credit: Svarna by IKAT Indonesia)

Kebaya kartini by Didiet Maulana (Credit: Svarna by IKAT Indonesia)

Didiet Maulana harus mencari perajin hingga ke Solo untuk membuat bordir motif burung merak dari benang emas. “Tidak semua orang bisa membikin bordir semacam ini,” kata Didiet kepada Tempo saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan dua pekan lalu. Dia menunjukkan kebaya kartini dengan detail burung merak tadi kepada kami. Sore itu, Didiet baru saja selesai menampilkan enam kebaya karyanya dari lini Svarna di lokasi proyek Apartemen Izzara di Cilandak. Svarna merupakan lini pakaian pernikahan dari label Ikat Indonesia yang sudah ditekuni Didiet sejak empat tahun terakhir.

Kebaya dari bahan beludru berwarna merah darah yang ditunjukkan Didiet kepada kami merupakan kebaya kartini. Ini merujuk pada siluet kebaya dengan bukaan depan dan punya panjang selutut, dan dikenal sebagai kebaya yang digunakan oleh R.A Kartini sewaktu menikah. Biasanya, kebaya jenis ini dilengkapi dengan kerongsang, semacam bros yang merekatkan bagian depan kebaya. Bordir emas dengan motif burung merak menjadi salah satu aplikasi yang muncul pada kebaya kartini ala Didiet Maulana.

Didiet tidak mau sembarangan soal kebaya ataupun pakaian adat pernikahan semacam baju bodo dari Sulawesi Selatan. “Riset itu penting sekali,” ujar dia. Didiet sengaja mengambil bentuk-bentuk pakaian-pakaian lama yang bisa dia temukan. Mulai dari kebaya model lama dari berbagai foto ataupun kostum kerajaan di berbagai pelosok Nusantara untuk memenuhi permintaan kliennya. Meskipun siluet pakaian yang diambilnya merupakan sangat klasik, tetap ada sedikit sentuhan modern dalam kebaya miliknya. “Itu bisa dilakukan dengan padanan pakaiannya.”

Untuk itu, dia memadukan kebaya-kebayanya dengan tenun ikat sebagai sarung bawahan ataupun menambahkan tudung kepala di sanggul pengantin. Atau, bisa juga dia memberikan sentuhan berupa jaket dari bahan tulle yang diberi bordir atau taburan payet yang tidak berlebihan. Selain kebaya Kartini, sore itu dia menampilkan juga kebaya kurung, kutubaru yang dimodifikasi, hingga baju bodo.

Khusus untuk baju bodo, Didiet tidak memilih bentuk blus yang konvensional. “Baju bodonya memang saya modifikasi sedikit,” kata dia. Meskipun tetap longgar, dia menambahkan dimensi lain dengan menambah lapisan di konstruksi baju bodo tersebut. Di lapisan pertama dia menempelkan aplikasi bunga-bunga, sedangkan di lapisan kedua yang menggunakan kain terawang, Didiet mengaplikasikan bordir bunga bertaburan manik-manik dalam warna pastel. Untuk sarungnya, dia menggunakan tenun dari daerah Sengkang, Sulawesi Selatan. Sengkang yang digunakan Didiet, punya motif kotak-kotak dalam warna pastel yang senada dengan baju bodo.

Baju Bodo ala Didiet Maulana lewat lini Svarna. Dia membuat dua lapis baju dengan detail aplikasi bunga pada lapisan bagian dalam baju miliknya. (Credit: Svara by IKAT Indonesia)

Baju Bodo ala Didiet Maulana lewat lini Svarna. Dia membuat dua lapis baju dengan detail aplikasi bunga pada lapisan bagian dalam baju miliknya. (Credit: Svara by IKAT Indonesia)

Bulan lalu, Didiet sempat membikin heboh jagat maya dengan kebaya buatannya untuk penyanyi Andien Aisyah. Dengan siluet sederhana yang mengambil bentuk kebaya kartini dari bahan brokat bertaburan mutiara, Didiet sebenarnya tengah mengambil inspirasi dari pakaian pernikahan eyangnya sendiri. Bahkan kain yang digunakan oleh Andien merupakan kain koleksi pribadi Didiet. Motif kain itu sendiri istimewa, yaitu wahyu tumurun. Untuk pernikahan, kain ini punya makna filosofis agar kedua pengantin diberikan anugrah berupa kehidupan yang bahagia dan sejahtera.

Lini Svarna, kata Didiet memang ditujukan untuk pasangan yang ingin menikah. “Itu sebabnya kami menyediakan kelengkapannya dari kepala hingga kaki,” kata Didiet. Mulai dari roncean melati hingga kembang goyang yang disematkan pada sanggul pengantin wanita, semuanya merupakan bagian dari kelengkapan yang disediakan oleh Svarna. Didiet bahkan tidak segan berburu perhiasan antik untuk melengkapi tampilan para pengantin yang memilih Svarna sebagai lini baju pernikahan mereka.

Untuk Andien misalkan, dia memburu perhiasan antik dari abad ke-19 untuk melengkapi tampilan sahabat dekatnya itu. “Perhiasan rambut yang semacam ini sudah langka sekali,” kata dia sambil menunjukkan foto perhiasan yang dia sematkan sendiri di sanggul Andien. Perhiasan itu berbentuk seperti bros-bros kecil yang sepintas bentuknya mirip kumbang.

Didiet sebenarnya hanya bagian kecil dari gelombang desainer Indonesia yang mengembalikan lagi kebaya ataupun pakaian pernikahan ke bentuk dasarnya. Mulai dari Sapto Djojokartiko hingga belakangan Vera Kebaya yang sangat populer, semua menawarkan rancangan kebaya yang klasik, sesuai pakem dengan sedikit sentuhan desain yang baru. Taburan kristal ataupun modifikasi kebaya asimetris yang berlebihan kini perlahan memang mulai ditinggalkan. Kebaya dengan bentuk klasik dan sederhana mulai digemari kembali ketimbang kebaya-kebaya yang ramai seperti kostum karnaval. Tapi, harga kesederhanaan itu kini tidak lagi murah.

Artikel ini dimuat di Koran Tempo Minggu, 31 Mei 2015.